Big Liar
Eita tersenyum memandang oa tula dirinya di cermin,”Halo, Eitaa udah bahagiaa. Eita punya temen eita sekarang udah punya pacar lo. Eia hebat kan?” Pertanyaan yang keluar dari bibirnya mengudara tidak ada jawaban pastinya. Hanya monolog yang biasa ia lakukan. Kepalanya menggeleng,”Hft eita kangen mama sama papa.. sama kakak dan adik juga. Mereka ga inget lagi kali ya kalo ada eita? Buktinya mereka ngga pernah ‘pulang’.” Ucapnya lagi
Sebelum suasana berubah semakin sendu. Eita mendengar suara bel, langsung saja ia berlari untuk membukakan pintu. “Bito!” Serunya senang, ia langsung menerjang kekasihnya dengan pelukan.
Yang mendapat pelukan tiba-tiba hanya tertawa kecil, lalu mengelus kepala kekasihnya yang kini ada di dadanya. “Nungguin ya? Semangat banget.”
Anggukan dapat karasu rasakan,”Masuk dulu eita.” Ucapnya
“Iyaaa” Eita melepas pelukannya mengajak karasu masuk ke dalam. Kening karasu mengeryit rumah ini terlalu kosong tidak ada perabotan benar benar hanya ruang luas yang kosong. Mereka berdua akhirnya sampai ke kamar pemilik rumah.
Eita langsung merebahkan diri di atas kasu, disusul karasu yang duduk di ujung kasur.
“Bito ngga mau tiduran kah?”Tanya eita
“Boleh?”
“Bolehh dongg sini tiduran!!” Eita menarik lengan kekasihnya untuk ikut berbaring. Kini mereka berdua sama-sama berbaring menghadap langit-langit kamar si surai dwi warna.
“Taa.. aku mau tanya deh.”
“Eum. Tanya apa?”
“Orang tua kamu kemana? Kok perabotan di rumahmu ga ada? Kamu beneran sendirian doang?” Tanyanya langsung
Eita menoleh ke arah tabito,”Itu yang mau aku ceritain..” Ia menarik nafas dalam sebelum mulai berbicara.
“Aku tinggal sendirian sejak aku smp. Papa ninggalin kami setelah cerai sama mama kayaknya pas aku umur 4 atau 5 tahun dan saat aku smp mama pergi juga bawa kakak sama adik aku. Perabotan rumah semuanya aku jual untuk tabungan dan biaya hidup.” Ceritanya,” Saat mama tinggal sama aku, aku juga ga pernah interaksi. Mama ‘sakit’ dan ikut nyakitin aku dan ya sampai akhirnya pergi dan aku sendiri.”
Eita merasakan tubuhnya di tarik mendekat, kepalanya di arahkan untuk bersandar pada dada pria di sampingnya. “Eita keren yaa.. bito seneng ketemu eitaa. Eita kesepian pasti?”
“Iya eita kesepian.. tapi semenjak ketemu yuki eita udah ngga kesepian.”Bukannya nada sedih eita berbicara dengan riang seolah sudah ikhlas dengan semuanya.
Karasu mengusap kepala yang ada di dekapannya,”Eita mau cerita lagi?”
Gelengan ia dapatkan,”engga..Bito eita mau minta maaf sebelumnya karena akan bayak meminta. Tapi bito eita boleh minta beberapa hal ngga?”
Karasu mengangguk,”tentu sebutin aja.. bito turutin semuanya kalo bito bisa.”
Karasu merasakan lengan kurus milik kekasihnya mulai melingkar di pinggangnya,”jangan tinggalin eita selamanya..Bito cinta pertama eita. Jangan kayak papa yang ninggalin mama ya bito? Eita takut sendirian lagi. Sejak kecil eita selalu berharap tentang cinta.. bito bisa nggak wujutin harapan eita?”
“Bisa.. kalo cuma cinta bito bisa kasih biat kamu. Seterusnya dan selamanya bito bakal di sisi eita.”
Pada hari itu Tabito Karasu mengungkapkan kebohongan terbesar dan janji yang akan ia inglari tak kan pernah ditepati.