Brother
Begitu membaca pesan terakhir dari sang adik, semi langsung membuka pintu. Adiknya itu telungkup di balik selimut sampai seluruh tubuhnya tertutup. “Dek” Sapanya pelan.
Ia mengambil langkah mendekati sang adik yang tampaknya enggan berbicara, ditepuknya pelan tubuh kecil yang masih tertutup selimut. “Taa, mau cerita sama kakak ngga?”
Tidak ada jawaban membuatnya menghela nafas,”Yaudah kalo ngga mau cerita setidaknya minum dulu nih. Ntar manisnya berkurang lagi” Semi sengaja menekan minuman dingin itu ke selimut sang adik
“kakak dingin!!” Rengek insan yang sedari tadi diam. Suaranya serak, karena kesal ia duduk dan langsung merampas minuman yang ada di tangan semi lalu meminumnya
Semi terkejut setengah mati melihat keadaan adiknya tanpa balutan selimut,”Kamu kenapa? Mata kamu sembab banget nangis berapa lama kamu dek? Ini apaan cakaran semua tanganmu habis ngapain?”
Yang ditanya sibuk menghisap minumannya sampai habis,”kakak habis”
Semi menggeleng merasa capek dengan tingkah adiknya ini,” Iya habis kan kamu yang minum. Sekarang cerita yok sama kakak”
“Mau peluk..” Pinta si kecil dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh yang lebih tua.
“Sini peluk” Yang lebih tua merentangkan tangan mengisyaratkan yang lebih muda untuk masuk dalam pelukannya.
Namun otoya menggeleng,”ga jadi nanti pacar kakak marah”
Kening semi mengeryit bingung,”Kok tiba-tiba pacar kakak. Bubu ngga jahatin kamu kan?” Tanyanya walaupun yakin shirabu kenjiro pacarnya tidak mungkin bertingkah aneh pada adiknya
“Ngga kak bubu baik.” Jawab otoya
“Yaudah sini peluk, bubu ngga mungkin marahh eitaaaa” Semi akhirnya memeluk sang adik,”Sini cerita sama kakak kamu kenapa?” Ucapnya sambil mengelus punggung otoya
“Hueeeee kak semiii gebetanku jadian sama sahabatku! Kesel sedih banget padahal a-aku a-ku kakak~~” Otoya akhirnya membuka mulut mengenai masalahnya, ia terus bercerita sambil menangis. “Masa ya padahal aku udah cerita aku suka sama diaaa. Eh sahabatku ternyataa jugaa sukaa mereka jadiaannn kakkakkk~”
Semi hanya bisa mengusap punggung adiknya menyalurkan ucapan sabar lewat gerakan,”ssstt.. adekk masih banyak yang lain kok di luar sana. Adek ngga boleh gini ya? Sedih boleh ceritain sama kakak. Setiap orang udah punya cerita cintanya masing-masing. Walaupun sahabat adek jadian sama orang yang adek suka adek jangan sampe nyiksa diri sendiri karena sedih. Kakak tau kok rasanya sakit. Tapi dengan adek mogok makan mogok minum nyakar diri sendiri apa bikin mereka putus?”
Otota menggeleng dalam dekapan tangisnya mereda terganti dengan isakan,”t-tapi kenapa tega padahal adek udah cerita kalo adek suka sama dia..”
“.. kalo itu perasaan setiap orang ngga ada yang bisa kontrol adek”
“Sedih kakak..”
“Kamu seneng ngga ngeliat mereka bahagia?”
“Seneng..”
“Ikhlas ya dek?” Ucap semi sambil memaksa sang adik untuk menatap matanya, ia tersenyum
Otoya mengangguk,”adek akan usaha kak”
“Pinternyaaa” Semi mengjadiahkan kecupan di kening kemudian mengusak gemas surai sang adik
“Cuci muka ganti baju sana kita makan di luar. Kakak traktir”