Dirinya yang takut sendiri
Eita takut ditinggalkan. Eita takut sendirian. Eita takut dirinya tak punya sandaran. Eita takut dirinya benar-benar sendirian di dunia yang penuh dengan hal yang tidak ia ketahui.
Eita selalu bermimpi. Ia senang sekali bermimpi mengenai hubungan harmonis yang penuh kasih. Sehingga seseorang yang menjalani hubugan itu dapat saling mencintai hingga akhir layaknya kartun disney. Eita selalu bermimpi mengenai kebahagian ever after yang selalu disebutkan dalam dongeng.
Namun nyatanya yang Eita lihat dan rasakan sedari kecil hanyalah perpisahan. Sang bunda yang melahirkannya ditinggal sang suami yaitu ayahnya sendiri. Eita kecil yang tak mengerti apa-apa hanya bisa terdiam memandang sang bunda yang tengah menangis. Ia tidak mengerti mengapa setelah itu ia tidak pernah lagi melihat figur sang ayah di rumah.
“Bunda, bunda kenapa nangis lagi? Eita ngga pernah lihat ayah lagi bunda. Ayah dimana? Eita rindu.” Pertanyaan polos terlontar dari mulutnya.
Bunyi tamparan bergema dirnuang sunyi, sembari terisak sang bunda berteriak.”Diam kamu!!!”
Naas sekali Eita kecil yang bertanya hanya mendapat pukulan dari sang bunda.
Beranjak dewasa eita paham sang bunda saat itu menangis karena yang namanya perpisahan. Eita dapat merasakan bagaimana frustasinya sang bunda yang ditinggalkan tentu karena dirinya adalah korban pelampiasan sang bunda yang kecewa dengan ayahnya. Biarlah bundanya seperti itu Eita masih punya kakak dan adik perempuan yang menyayanginya.
Ketika ia remaja eita kehilangan sosok bundanya. Ia benar-benar sendirian karena sang kakak dan adik dibawa pergi dengan paksa ikut dengan bundanya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain memandang sedih rumah yang sudah kosong saat ia pulang sekolah.
Eita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk mereka bertiga,”Semoga kalian selalu bahagia di manapun kalia berada. Terimakasih telah meninggalkan tempat tinggal.” Eita mengusap foto keluarganya yang terbingkai sebelum akhirnya mengeluarkan foto tersebut dari bingkai lalu merobeknya.
Dirinya terduduk di lantai dingin,”Tuhan.. Eita sekarang sendirian. Eita ga punya siapa-siapa. Tolong tuhan kirimkan siapa saja yang bisa Eita jadikan sandaran.. Tuhan Eita masih berharap akan kebahagian eita juga berharap eita bisa menjalani hubungan yang harmonis. Eita berharap tuhan memberikan banyak hal baik untuk eita. Eita mohon Tuhan..”