.
3 min readJun 27, 2023

Pria bodoh dan Si brengsek

Ramai, susasana ramai dengan lampu warna-warni membuat lelaki dengan surai dwi warna itu merasa sedikit tenang. Setidaknya rasa kesepiannya sedikit teredam. Terhintung sudah kurang lebih satu tahun hubungannya dengan tabito dan sejak satu bulan terakhir interaksi antara mereka seakan dilapisi dinding tinggi.

Eita mengukir senyum tipis, mengingat apa yang biasa mereka lakukan disini. Makanan apa yang selalu mereka beli untuk makan bersama. Perilaku usil laki-laki itu terekam jelas dalam benaknya. Bahkan kehadiran Karasu Tabito pun masih terasa meskipun itu hanyalah fana yang muncul akibat ia yang terlalu merindukan laki-laki itu.

Bohong. Kalau ia bilang ia percaya sepenuhnya dengan Tabito. Meskipun ia belum pernah menjalin hubungan perilaku tabito yang mulai menjauh mengingatkannya pada sikap sang papa sebelum akhirnya berujung kehancuran yaitu perceraian.

Eita menggeleng berusaha menyungkirkan pikiran buruk dan perasaan tidak enak yang mulai menguasai benak. “Mbak, es krimnya satu ya yang coklat.”Pintanya

“Wafflenya sekalian mas? Gratis deh buat mas.” Penjual perempuan itu menawarkan sambil tersenyum, membuat perasaan eita sedikit membaik.

“Ngga usah mbak ngga papa.. rugi loh nanti. Ntar saya jadi dateng ke sini terus.” Guraunya sambil menerima es krim yang disodorkan dan memberikan uang bayaran.

Penjual itu tertawa lalu menyerahkan kembalian bersama dengan waffle.”Nggak lah mas.. kan selanjutnya bayar. Ambil aja mas”

“Yaudah deh mbak makasih yaaa!” Ucapnya. Eita akhirnya duduk sendirian sambil memakan makanannya. Ia makan dengan tenang menikmati makanannya

Hati-hati sayang!”

Aku mau es krimm kakk!”

Eita menoleh ke berbagai arah telinganya mendengar suara yang sangat familiar. Jantungnya mulai berdegup kencang penuh dengan perasaan tidak enak. Sampai akhirnya netranya dengan jelas melihat sosok yang ia rindukan bersama dengan orang lain bergurau sama seperti yang sering mereka lakukan. Ia menggeleng sambil sesekali mengusap matanya berharap hanya salah lihat. Namun nihil

Ia tidak bisa mengelak. Sosok Karasu Tabito benar-benar ditangkap oleh netranya bersama dengan orang lain.

Tangannya reflek tergerak memegang dadanya sendiri. Ia merasakan gemuruh, sesak dan pastinya sakit. Ia mengalihkan pandangannya mulai menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya

Tuhan.. Sesusah itukah mengabulkan permintaan kecil dariku untuk merasakan cinta? Kenapa ujungnya aku mendapat penghianatan.. sakit tuhan

Air matanya mulai mengalir.. ia benci menangis di tengah kerumunan namun ia tidak bisa lagi menahan sesak. Ia merasakan tepukan pelan di punggungnya namun tidak ada niatan untuk mendongak. Eita merasakan hangat entah siapa yang mendekapnya kala itu, yang mendekap pun tidak membuka suara. Namun yang pasti itu perempuan sebab ia merasakan rambut di pundaknya.

“Nak.. maaf lancang namun jangan menangis..” Saat perempuan itu membuka suara eita semakin terisak dan mencengkram erat baju yang dikenalan perempuan itu.

“Maaf..”Ucap eita di tengah tangisannya.

Hampir sepuluh menit eita mulai merasa tenang, setelah dekapan itu terlepas Eita belum sempat melihat siapa wanita itu.. yang pasti ia merasa familiar.

Ia menghela nafas kembali melamunkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Hatinya sakit namun cintanya lebih besar.

Pada akhirnya makhluk bodoh bernama Otoya Eita itu memutuskan untuk melupakan semuanya dan berpura-pura tidak tahu..

Karena

Berada di sisi Tabito Karasu sebagai pacar sudah cukup baginya.. meskipun harus menahan sesak saat tahu dirinya bukanlah satu-satunya bagi pria brengsek yang sialnya sangat ia cinta.

No responses yet