.
2 min readMay 27, 2023

Terimakasih

PART 2

Eita terbangun karena dering keras alarm yang disetelnya. Ia langsung saja bangkit dari tempat tidur dan melakukan peregangan tubuh rampingnya meliuk memutar memastika seluruh ototnya teregangkan.”Selamat pagi..”

Hening. Tentu saja tidak akan ada yang menjawab karena ia sendirian. Namun lelaki ramping itu sudah terbiasa meskipun dadanya selalu berdenyut nyeri. Akhirnya Ia terkekeh dan langsung mengambil langkah untuk ke kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri ia langsung mengenakan seragam dan duduk di meja makan. Eita benci duduk di sana namun ia juga merindukannya. Ia rindu saat-saat ia masih kecil sebelum perpisahan menyerang kedua orang tuanya. “Kalian bahagia kan?” Tanyanya entah pada siapa.

Eita membuka ponselnya, beruntung sang bunda meninggalkan ponsel. Selepas kepergian Eita bisa hidup dari belas kasih para tetangga yang memberinya makan dan kerja paruh waktu yang mulai ia lakukan selepas ditinggalkan dan menjual barang-barang di rumahnya. Seperti sofa, televisi, kasur dan masih banyak lagi.

Rumah besar itu sangat kosong.. seperti lahan luas tidak berpenghuni. Menyeramkan namun biarlah rumah ini memiliki kenangan indah bagi Eita yang menempati.

Tanpa sarapan akhirnya sang pemeran utama pergi ke sekolah tanpa sarapan. Jalan kaki menjadi satu-satunya cara lagipula sekolahnya dekat. Eita selalu suka udara pagi dan angin ringan yang mengelus wajahnya di setiap langkah yang ia ambil.

Entah hari sial atau bagaiman eita terjatuh setelah merasakan tubuhnya tertabrak kendaraan ber roda dua. Ia meringis menahan nyeri di pinggangnya meskipun hanya terkena sedikit namun tetap sakit. Yang menabrak langsung turund ari kendaraannya.

“Aduh maaf ya. Kena apa aja?” Sjara lembut menyapa indra pendengarannya membuat Eita merasa was-was karena belum pernah seperti ini sebelumnya.

“Ngga papa..” Cicitnya pela, tidak berani mendongak menatap pelaku penabrakannya.

“Lo takut? Maaf ya.. gue yuki diliat dari seragam kita satu sekolah.” Yuki yang awalnya berdiri berlutut tangannya dengan lancang memegang bahu eita sehungga membuat tubuh sang empu bergetar.

“…Yuki ngga papa. Aku ngga papa kok, cuma nyeri sedikit aja..”Ucapnya

Yuki menelisik tampilan sang korban dari perbuatannya sendiri,”Maaf ya sekali lagi.. Kalo boleh tau nama lo siapa ya?”

“Otoya Eita..panggil apa aja.”Jawabnya cepat,”Yuki aku mau ke sekolah dulu dadah..”Eita berusaha berdiri menahan nyeri, untungnya tidak parah.

“Sakit pasti.. ayo berangkat bareng. Gue bonceng. Permintaan maaf” Yuki langsung menyerahkan helm cadangan yang selalu ia bawa. “Pakai.”Perintahnya

“Eh nggak usah yuki.. aku berangkat sendiri bisa kok.”Tolaknya

“Ngga papa eita.. naik yok. Nanti telat loh!”

Eita akhirnya pasrah dan menaruh percaya pada laki-laki yang pertama kali mengajaknya bicara setelah sekian lama tidak ada yang berbicara dengannya.

“Pegangan ya ta!”

Eita hanya mengangguk. Tangannya memegang ujung seragam si Pengendara. Untuk Pertama kalinya ia merasakan angin pagi menampar wajahnya dan rasanya sangat menyenangkan.

Yuki terimakasih sudah berbicara dengan Eita.

No responses yet